Indonesia: 3 Juta KiloLiter bioetanol potensial dari tanaman Nipah


Nipah adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Palma ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik, khususnya di antara Bangladesh hingga pulau-pulau di Pasifik. batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah. Nipah hanya tumbuh di daerah payau, artinya tanaman ini tidak akan tumbuh jika tanahnya hanya diluapi oleh air asin atau hanya diluapai oleh air tawar.

Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok. Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar).

Cairan manis yang dikandung nipah memiliki kadar gula (sucrose) antara 15-17 %-b (P3GI,1995). Dengan kandungan itu, maka nira nipah berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri bioetanol. Berbeda dengan tanaman lain yang sama-sama menghasilkan nira atau pati, tanaman nipah ini jelas menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut karena pelepah bermayang atau manggar pohon nipah berada tak jauh dari permukaan tanah sehingga tidak perlu memanjat untuk memperoleh niranya seperti pada tanaman palma yang lain. Selain itu juga, pohon nipah umumnya tumbuh di daerah yang tidak produktif untuk budidaya lainnya dan tumbuh didaerah yang memudahkan pengankutan lewat perairan.

Dan yang paling penting, penggunaan tanaman nipah sebagai bahan baku bioetanol tidak akan menimbulkan konflik kepentingan seperti tanaman pangan pada umumnya. Sejauh ini hanya sebgaian kecil saja nira nipah yang digunakan untuk gula rakyat, sebagian besar tanaman ini memang belum dimanfaatkan sama sekali. Padahal, tanaman ini amat sangat melipnah di Indonesia karena tanaman ini umumnya tumbuh di pantai dan negara kita adalah salah satu negara dengan garis pantai terluas di dunia. Nipah merupakan salah satu spesies utama penyusun hutan mangrove dengan komposisi sekitar 30 %. Saat ini, Luas hutan mangrove Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar dan merupakan mangrove terluas di dunia melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha). Dengan mengambil 30 % hutan mangrove sebagai hutan nipah, maka diperkirakan terdapat  sekitar 0,75 -1,35 juta hektar hutan nipah di Indonesia. Wow!!

Oke,,,mari kita berhitung!

  • Rata-rata setiap pelepah nipah menghasilkan nira sebanyak 0,5 L per hari
  • Dalam satu tahun, setiap malay pohon dapat disadap hingga 3 bulan, dengan demikian rata-rata produktivitas tiap malay nipah adalah sebesar:

=0,5 L/hari x 90 hari = 45 L/th

  • Jumlah pohon nipah yang efektif adalah 3000 pohon per hektar dan semakin rapat maka pohon nipah tidak akan mengahsilkan mayang. Dalam suatu lahan pun biasanya tidak 100% pohon nipah menghasilkan mayang, biasanya sekitar 40 % saja, dengan demikian, nira yang dihasilkan:

= 40% x 3000 x 45 L = 54.000 L/ha/th

  • Jika seandainya nira tersebut dimanfaatkan untuk produksi bioetanol, maka kemungkinan kadar alkohol yang dihasilkan adalah 6-7%, walaupun ada beberapa mikroba yang tahan hingga 9%-vol dan secara teoritik bisa menhasilkan hingga 13 %-vol, tetapi yang paling memungkinkan adalah 6-7%-vol. dengan demikian:

= 54.000 x 7% x 100/95 = 3978 L ≈ 4000 L/ha/th

  • Dengan luas sekitar 0,75-1,35 juta hektar hutan nipah di Indonesia, maka Negara kita berpotensi mengahsilkan bioetanol sebesar:

= 4000 L/ha x 0,75 juta ha = 3000 juta Liter = 3 juta kL

Waw,,,sungguh angka yang fantastis! Namun harus diingat bahwa hal itu bisa dicapai bila hutan nipah di Indonesia dikelola dengan baik. Saat ini saja kebanyakan warga yang tinggal disekitar pesisir masih belum faham mengenai teknik penyadapan nira nipah yang benar. Bahakan lebih parah lagi, mereka pun sebetulnya belum tahu jika nipah bisa menghasilkan nira yang ternyata bisa dimanfaatkan. Sementara di Negara tetangga kita ,Malaysia, pemanfaatan nira nipah sudah sangat gencar dilakukan. Bahkan mereka menobatkan diri sebagai negara pertama di dunia yang memproduksi bietanol dari nipah secara komersial. Dan dalam waktu dekat akan segera mematenkan alur produksi bioetanol dari nipah…makin mengerikan!

Dengan kondisi sekarang ini, Indonesia memang kewalahan memenuhi kebutuhan bensin dalam negeri. Tahun 2010, diperkirakan sebesar 23 Juta kL bensin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Saat ini pertamina hanya mampu memasok sekitar 16 Jt kL/tahun dan cenderung konstan padahal setiap tahunnya kebutuhan masyarakat tersebut meningkat sebesar 10 %. Jika pemerintah tidak berinisiatif mencari bahan terbarukan, maka negeri ini akan semakin terpuruk dalam hal pemenuhan energi. Negara kita tidak akan pernah mandiri.

Target diversifikasi energy tahun 2025 mendatang yang meningkatkan porsi energy terbarukan menjadi 5 % dari total perlu dirintis dari sekarang. Jika saat ini 23 Juta kL bensin diperlukan maka setidaknya 1,15 juta kL bioetanol perlu diproduksi. Saat ini bioetanol yang diproduksi baru mencapai 187.800 kL/tahun atau baru 16 % dari target seharusnya. Indonesia memang perlu usaha keras untuk mencapainya,,,dan tentunya diperlukan keberanian. Go Indonesia!!

20 thoughts on “Indonesia: 3 Juta KiloLiter bioetanol potensial dari tanaman Nipah

  1. di Merauke terlihat banyak phn nipah di tepi kiri kanan mulai dari muara sampai ke hulu sungai sejauh 30 Km tdk kurang dari 5 sungai besar kecil di merauke tumbuh phn tsbt dan blm dimanfaatkan secr massal

  2. wah,,,bagus tuh klo dikembangkan…pasti akan turut meingkatkan taraf hidup masyarakat sana…^^

  3. saya tertarik dgn artikelnya,boleh tau sumber data dan referensinya?

  4. P3GI tahun 1995. penulisnya lupa lagi. hehehe.

  5. artikelnya bagus , saye dari Kal-Bar , & kal-bar di kelilingi pohon nipah. cuma belum di kelola

  6. terima kasih mas Arafat Ibrahim 🙂 ,,,bagus tuh, kalau dikelola dengan baik pasti akan turut meningkatkan taraf hidup masyarakat kal-bar dan sedikit-demi sedikit akan mengurangi ketergantungan akan fossil fuel,,,hehe.

  7. Kalau memang nipah bermanfaat untuk diambil nira nya, kesempatan besar untuk dikembangkan, di Kalimantan Barat dikelilingi nipah, bila ada pemasaran saya siap menampung nira dan membina pekebun nipah. Di Kalimantan Barat nipah hanya dimanfaatkan daunnya saja. Saya ingin lebih tau gimana cara menyadap nira nipah. Kalau ada referensi tolong dikonfimasi.

  8. tulisannya bagus dan makasih krn bisa di jadika literatur

  9. Saat ini Kami telah Mengembangkan Kompor BioEthanol dg System Terbaru Dan Termodern hasil penelitian dan Penyempurnaan dari kompor2 bioetanol yg tlh ada,shg produk bioEthanol yg dihasilkan bisa terserap pasar secara besar dan luas. ini merupakan terobosan baru dan solusi mengatasi kelanggkaan BBM. Harga Kompor Yg Kami Tawarkan senilai Rp 225rb. Harga BBMnya Rp 4.500/Btl Hub : 082139192529 / 087854640577

  10. sama- sama mbak amee 🙂
    makasih atas infonya mas puspolambang 🙂

  11. bukan cuma bisa buat gula aja dari nira pohon nipah ….
    tp pohon nipah juga menghasilkan garam yg berlimpah

  12. oh,,,begitu ya,,,Thx mas/mbak anonymous atas inpo nya,,,,hehe.

  13. gmna cra membuat bio etnol dri npah mas agues

  14. agus.hoerudin@yahoo.com August 10, 2011 — 13:49

    Ya sama kaya bikin etanol dari bahan gula……melalui proses fermentasi. nipah disini berfungsi sebagai penyedua bahan gulanya,,, 🙂
    Powered by Telkomsel BlackBerry®

  15. boleh tahu sumber dan referensinya?

  16. itu hitung-hitungan kasar saja 🙂 dari sumber P3GI.

  17. Bapak mohon kirim teknik penyadapan dgn vidio dan proses menjadi bioetanol. Terima kasih

  18. Gembira skaligus miris mendengarnya. Negara kita yang kaya sumber daya energi masih berkutat dengan kelangkaan BBM dan bergantung pada import. Apakah ini indikasi salah kelola atau pemerintah yg tidak mampu melepaskan diri dari cengkeraman “Penguasa” Migas?

  19. Sebaiknya pakar energi terbarukan dapat memikirkan bioetanol sebagai solusi tidak terus bertahan dengan migas, yang sudah terukur waktu habis. Kalauperlu kantor yang menyangkut research pindah ke palau-pulau yang perlu pengembangan teknik energi terbarukan. ASI jakarta.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this:
search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close